Plus Minus menjadi Working-from-Home Mom

Arfilla Ahad Dori, M.Psi., Psikolog
Founder & Content Creator @momikologi

OGZQE30

Source: freepik.com

 

Di rumah seharian, nggak perlu meninggalkan anak setiap hari, tapi bisa menyalurkan passion dan dapat pemasukan. Siapa sih yang nggak mau, Moms?

Bekerja dari rumah (Working from Home-WFH) makin lama makin dilirik sebagai suatu pilihan alternatif para ibu. Sejumlah survey, salah satunya dilakukan oleh Carmel & Espinosa (2018), juga menunjukkan bahwa tren jumlah ibu yang bekerja dari rumah semakin meningkat, terutama di negara maju dengan akses teknologi yang mumpuni.

Bekerja dari rumah memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para ibu. Dalam artikelnya, peneliti Aithal & Kumar (2016) menemukan bahwa banyak ibu yang ingin bekerja dari rumah karena bekerja dari rumah dinilai dapat menjadi jembatan antara kebutuhan wanita sebagai seorang individu dan kebutuhan seorang wanita sebagai seorang ibu.

Selain itu, bekerja dari rumah juga memberikan sejumlah keuntungan berikut ini:

1. Fleksibilitas Waktu

Tidak ada aturan baku mengenai kapan harus mulai dan berhenti jika kita bekerja dari rumah. Semuanya tergantung kita. Kita yang mengatur jadwal harian kita sendiri, kapan bekerja, kapan mengurus rumah, kapan mengurus anak, dan sebagainya. Skema seperti ini tentu sangat menyenangkan bagi seorang ibu yang aktivitas hariannya sangat dinamis. Ya kan, Moms? 😁

2. Memudahkan Penyesuaian dengan Tuntutan atau Tekanan Kerja

Bekerja dari rumah membuat kita bebas mengatur ritme kerja kita. Saat mulai lelah dan jenuh, kita bisa langsung istirahat tanpa terpaku pada jam tertentu layaknya bekerja di kantor.

3. Memudahkan Pengaturan Tugas Rumah Tangga

Sedang asyik bekerja tiba-tiba mendapat telepon kalau anak pulang sekolah lebih cepat dari jadwal? No worries! Langsung saja meluncur ke sekolah tanpa harus bingung izin atasan.

4. Memudahkan Terpenuhinya Tuntutan Peran Gender

Dalam pengasuhan anak, terdapat sejumlah peran yang hanya bisa dilakukan oleh seorang wanita, yakni mengandung, melahirkan, dan menyusui. Bekerja dari rumah memudahkan seorang ibu untuk bisa menjalankan peran gender ini dengan maksimal. Menyusui sambil rekap pesanan online shop? Bisa dong 💪

5. Hemat Waktu dan Usaha

Bekerja dari rumah dapat menghemat waktu dan usaha untuk berdandan dan perjalanan menuju kantor. Bekerja pakai daster, bisa. Plus, tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam terjebak macet.

Menarik? Menyenangkan? Tunggu dulu!

Meski tampak ideal, namun ternyata bekerja dari rumah tetap tidak lepas dari konsekuensi negatif. Masih dalam penelitian yang sama, Aithal & Kumar (2016) menyebutkan sejumlah potensi konflik bagi ibu yang bekerja dari rumah, antara lain:

1. Mood Swings

Mood swings atau perubahan emosi secara tiba-tiba seringkali menghampiri ibu yang bekerja dari rumah. Kadang suasana rumah terasa sangat santai sehingga rasanya malas untuk bekerja. Di waktu lain, anak dan pekerjaan rumah tangga susah diajak kompromi sehingga rasanya ingin marah terus padahal ada deadline pekerjaan yang harus dipenuhi.

2. Lelah Fisik

Mengurus pekerjaan dan rumah tangga sekaligus menuntut seorang ibu untuk bisa membagi waktu, tenaga, dan pikirannya sama rata. Hampir seluruh ibu yang bekerja dari rumah menyelesaikan pekerjaannya saat anak tidur sehingga jarang membuat seorang ibu harus mengorbankan waktu tidur dan istirahatnya untuk bekerja.

3. Tingginya Tuntutan Multitasking

Dibandingkan dengan bekerja kantoran, ibu yang bekerja dari rumah mendapatkan interupsi yang relatif lebih sering, misalnya sedang bekerja lalu anak merengek ingin main dengan ibunya atau iba-tiba ada tamu datang ingin mengobrol tanpa pemberitahuan lebih dulu. Selain memecah konsentrasi, interupsi ini seringkali membuat ibu yang bekerja dari rumah harus multitasking, melakukan banyak hal sekaligus. Padahal, multitasking telah terbukti justru memberi banyak dampak kurang baik bagi, salah satunya meningkatkan risiko stress dan depresi (selengkapnya baca di sini)

4. Potensi Konflik Hubungan Keluarga

Jika tak diatur dengan baik, bekerja dari rumah dapat menimbulkan pandangan atau persepsi tidak baik dari anggota keluarga lain. Terus-terusan mengurus pekerjaan akan membuat anak melihat bahwa ‘ibunya ada tapi tak bisa disentuh’. Pun demikian dengan suami. Tak jarang suami merasa diabaikan karena istrinya sibuk dengan HP dan laptop sepanjang hari.

Nah, ternyata memang tidak ada pilihan yang sempurna kan, Mom? Setiap pilihan tentu ada plus minusnya. Tinggal bagaimana kita mengenali diri kita sendiri agar pilihan yang kita ambil adalah memang yang benar-benar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita 😉


References

Carmel, E., & Espinosa, A. (2018). Timeshifting-The mother of all solutions for time zone differences. World Scientific References of Innovation, 99-109.

Kumar, P.M.S., & Aithal, P.S. (2016). Working from home-A transition in the concept of workplace. International Journal of Current Research and Modern Education, 1(1), 244-249.


Next Article: Ingin Bekerja dari Rumah tapi Bingung Memulainya? Here’s Some Personal Tips!

Leave a comment